Siapa Emha Ainun Nadjib?
Emha Ainun Nadjib, yang lebih akrab disapa Cak Nun, adalah seorang budayawan, penyair, penulis, serta pemikir Islam asal Indonesia. Lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 27 Mei 1953, Cak Nun dikenal sebagai sosok yang vokal dalam menyuarakan berbagai isu sosial, budaya, dan pendidikan di Indonesia. Melalui ceramah-ceramah dan tulisan-tulisannya, ia kerap mengkritik berbagai aspek kehidupan, termasuk sistem pendidikan yang menurutnya telah bergeser dari esensi sejatinya. (Supremasi Pendidikan).
Selain itu, Cak Nun juga memimpin grup musik dan teater Kiai Kanjeng, yang menggunakan pendekatan seni dalam menyampaikan pesan moral dan sosial. Pemikirannya yang mendalam dan filosofis menjadikannya sebagai salah satu tokoh intelektual yang dihormati di Indonesia.
Supremasi Pendidikan: Pendidikan yang Seharusnya
Dalam berbagai kesempatan, Cak Nun menyoroti konsep supremasi pendidikan, yakni bagaimana pendidikan seharusnya menjadi faktor utama dalam membangun peradaban yang lebih baik. Namun, supremasi pendidikan yang ideal bukan sekadar pencapaian akademik atau peringkat tinggi di dunia internasional, tetapi lebih pada bagaimana pendidikan mampu mencetak manusia yang berakhlak, berbudaya, dan bermanfaat bagi sesama.
Menurut Cak Nun, pendidikan seharusnya membentuk manusia secara utuh, bukan hanya sebagai pekerja bagi industri. Pendidikan harus bisa membangun karakter, menggali potensi individu, serta mengajarkan kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan. Sayangnya, sistem pendidikan saat ini lebih banyak berfokus pada pencapaian akademik dan aspek komersial dibandingkan pembentukan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan.
Kritik Cak Nun terhadap Perdagangan Pendidikan
Salah satu kritik tajam Cak Nun terhadap dunia pendidikan adalah bagaimana pendidikan modern telah menjadi komoditas dagang. Sekolah dan universitas berlomba-lomba menawarkan label “unggul” atau “internasional” sebagai strategi pemasaran, sementara esensi pendidikan itu sendiri sering kali terabaikan.
Beberapa poin penting kritik Cak Nun terkait perdagangan pendidikan:
- Pendidikan Bukan Bisnis – Menurut Cak Nun, pendidikan tidak seharusnya diperlakukan sebagai komoditas dagang yang hanya mengutamakan keuntungan finansial. Jika pendidikan dikendalikan oleh mekanisme pasar, maka hanya segelintir orang yang mampu mengakses pendidikan berkualitas.
- Komersialisasi Kurikulum – Kurikulum sering kali lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan industri dan pasar kerja, bukan untuk membentuk manusia yang mandiri dan berbudaya. Akibatnya, lulusan pendidikan lebih diarahkan menjadi tenaga kerja daripada pencipta lapangan pekerjaan atau pemikir kreatif.
- Eksklusivitas Pendidikan – Sekolah dan universitas unggulan sering kali memiliki biaya yang sangat mahal, yang membuat akses terhadap pendidikan berkualitas menjadi terbatas hanya bagi mereka yang mampu secara finansial.
Pendidikan Ideal Menurut Cak Nun
Cak Nun menawarkan gagasan pendidikan yang lebih ideal, yang lebih manusiawi dan tidak sekadar menjadi pabrik pencetak tenaga kerja. Menurutnya, ada beberapa aspek penting dalam pendidikan yang seharusnya menjadi prioritas:
1. Pendidikan Berbasis Fitrah
Setiap individu memiliki potensi dan keistimewaan (fadillah) masing-masing. Pendidikan yang ideal harus bisa mengenali, menggali, dan mengembangkan potensi tersebut sehingga peserta didik bisa berkembang sesuai dengan jati dirinya.
2. Pendidikan yang Memanusiakan
Pendidikan seharusnya lebih menitikberatkan pada karakter, kebijaksanaan, dan kesadaran sosial daripada sekadar nilai akademik dan ijazah. Seorang individu tidak hanya dinilai dari angka di rapor atau sertifikat, tetapi dari seberapa besar manfaatnya bagi lingkungan dan masyarakat.
3. Pendidikan untuk Kebermanfaatan
Cak Nun menekankan bahwa pendidikan harus melahirkan individu yang bermanfaat bagi kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencetak individu yang sukses secara materi, tetapi juga menjadi rahmat bagi semesta(rahmatan lil ‘alamin), yang mampu berkontribusi bagi orang lain dan lingkungan.
4. Menghilangkan Mental “Sekolah untuk Bekerja”
Menurut Cak Nun, paradigma bahwa “sekolah untuk mendapatkan pekerjaan” adalah bentuk perbudakan modern. Sebaliknya, pendidikan harus mengajarkan peserta didik untuk menciptakan peluang, membangun inovasi, dan menjadi pribadi yang mandiri.
5. Pendidikan yang Inklusif dan Aksesibel
Sistem pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang bisa diakses oleh semua orang tanpa terkendala faktor ekonomi. Pemerintah, akademisi, dan masyarakat harus berkolaborasi untuk memastikan pendidikan yang berkualitas dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya mereka yang mampu secara finansial.
Kesimpulan
Cak Nun menyoroti bagaimana pendidikan di Indonesia telah bergeser dari tujuan sejatinya, yaitu membentuk manusia yang utuh dan berkarakter. Supremasi pendidikan seharusnya tidak diukur dari seberapa mahal biaya sekolah atau seberapa tinggi peringkat akademik, melainkan dari seberapa besar pendidikan dapat membentuk manusia yang berakhlak, kreatif, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang memanusiakan manusia, tidak tunduk pada mekanisme pasar, serta mampu menggali potensi terbaik setiap individu. Dengan demikian, pendidikan tidak lagi menjadi alat eksploitasi industri, melainkan sarana untuk menciptakan peradaban yang lebih baik dan lebih berkeadilan.
Semoga artikel ini bisa memberikan wawasan lebih dalam tentang bagaimana sistem pendidikan seharusnya berjalan menurut pemikiran Emha Ainun Nadjib. Jika Anda setuju atau punya pandangan lain, silakan tinggalkan komentar di bawah! Jangan lupa untuk membagikan artikel ini agar lebih banyak orang yang mendapatkan manfaatnya.