Pernahkah Anda bertanya-tanya, “Siapa penemu pekerjaan rumah (PR) sekolah?” (sejarah pekerjaan rumah) atau mengapa tugas ini menjadi ritual wajib bagi siswa di seluruh dunia? Ternyata, sejarah PR sekolah dipenuhi kontroversi, dimulai dari seorang guru Italia di abad ke-20 hingga debat modern tentang efektivitasnya. Artikel ini akan mengupas tuntas sosok penemu PR, tujuannya, dan bagaimana praktik ini berevolusi hingga kini.
Siapa Penemu Pekerjaan Rumah (PR) Sekolah?
Roberto Nevilis, seorang pendidik dari Venesia, Italia, sering disebut sebagai “penemu pekerjaan rumah” pada tahun 1905. Ia memperkenalkan PR sebagai hukuman untuk siswa yang malas atau tidak disiplin di kelas. Tujuannya adalah:
- Memastikan siswa mengulang pelajaran di rumah.
- Menanamkan disiplin dan tanggung jawab.
- Memberi hukuman bagi yang tidak serius belajar.
Namun, klaim ini menuai kontroversi. Sejarawan seperti Brian Gill dari University of Washingtonmenyatakan bahwa PR sudah ada sejak era Yunani Kuno, meski tidak terstruktur seperti sekarang.
Sejarah PR Sekolah: Dari Hukuman ke Metode Pembelajaran
Era Awal (Abad ke-19–20)
- 1905: Roberto Nevilis menggunakan PR sebagai sistem hukuman di sekolahnya.
- Awal 1900-an: PR mulai diadopsi di AS untuk meningkatkan daya saing siswa.
- 1930: Gerakan anti-PR muncul di California karena dianggap membebani anak.
Era Modern
- 1980-an: PR menjadi alat utama untuk persiapan ujian nasional.
- 2000-an: Finlandia, negara dengan sistem pendidikan terbaik, justru menghapus PR untuk fokus pada pembelajaran di kelas.
Tujuan Awal vs. Realita PR Sekolah
Tujuan Awal (1905) | Realita Modern |
---|---|
Hukuman untuk siswa malas | Beban tambahan di luar jam sekolah |
Menguatkan disiplin | Menyebabkan stres dan kelelahan |
Memastikan pengulangan materi | Sering dikerjakan orang tua |
Studi dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa 56% siswa menganggap PR sebagai sumber stres utama.
Kontroversi PR Sekolah: Pro vs. Kontra
Pendukung PR:
- Meningkatkan kemampuan manajemen waktu (sumber: Journal of Educational Psychology).
- Memperkuat pemahaman materi.
Penentang PR:
- Mengurangi waktu istirahat dan interaksi sosial anak (UNICEF Report).
- Tidak efektif untuk siswa SD (riset Stanford University).
Negara-Negara yang Menghapus PR Sekolah
- Finlandia: Fokus pada pembelajaran di kelas sejak 2000-an.
- Korea Selatan: Membatasi PR untuk SD sejak 2011.
- Perancis: Larangan PR untuk siswa di bawah 11 tahun (2012).
Bagaimana PR Sekolah Bisa Lebih Efektif?
Berdasarkan panduan Kementerian Pendidikan Indonesia, PR seharusnya:
- Relevan: Terkait langsung dengan materi kelas.
- Singkat: Maksimal 10-20 menit per mata pelajaran.
- Interaktif: Contoh: proyek observasi atau wawancara.
Kesimpulan
Meski Roberto Nevilis dikreditasi sebagai penemu PR sekolah, praktik ini telah berevolusi dari alat hukuman menjadi bagian sistem pendidikan global. Tantangan terbesar kini adalah menyeimbangkan antara tujuan akademik dan kesejahteraan mental siswa. Dengan tren pendidikan modern yang lebih humanis, mungkin PR akan terus berubah—atau bahkan hilang di masa depan.