Waktu membaca: 2 menit
Selo, mobil listrik pertama karya anak bangsa, menuai sorotan setelah dinyatakan tidak lolos uji emisioleh pemerintah Indonesia. Padahal, sebagai kendaraan listrik, Selo tidak menghasilkan emisi karbon. Mengapa ini terjadi? Bagaimana respons pengembangnya? Dan mengapa Malaysia kini menjadi tuan rumah baru pengembangan Selo? Temukan jawabannya dalam artikel ini.
Sejarah Selo: Mobil Listrik Karya Anak Bangsa
Pencipta dan Perancang
- PT Selo Elektrik Indonesia: Perusahaan startup lokal yang didirikan pada 2020 oleh tim insinyur lulusan ITB dan UI.
- Tim Inti:
- Ir. Budi Santoso (CEO): Mantan engineer Toyota Indonesia.
- Dr. Ani Wijaya (CTO): Pakar baterai dari Universitas Gadjah Mada.
- Diana Putri (Desainer): Perancang bodi mobil pemenang penghargaan International Design Excellence Award 2022.
Spesifikasi Selo
- Jenis: SUV listrik 5-penumpang.
- Jarak Tempuh: 350 km per charge.
- Baterai: Lithium ferro-fosfat (LFP) buatan dalam negeri.
- Harga: Ditargetkan Rp 400 juta (setara $25.000).
Pendanaan Selo: Siapa yang Membiayai?
- Kementerian Perindustrian RI: Memberikan hibah riset senilai Rp 50 miliar melalui program Electric Vehicle Innovation Fund.
- Investor Swasta: Konsorsium perusahaan energi dan teknologi, termasuk PT Energi Hijau Nusantara dan GoTo Ventures.
- Universitas: Dukungan fasilitas lab dari ITB dan UI.
Sumber: Siaran Pers Kemenperin 2022.
Mengapa Selo Gagal Uji Emisi di Indonesia?
Meski zero emission, Selo dinyatakan tidak lolos uji emisi oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2023. Berikut penyebabnya:
1. Uji Emisi Non-Karbon
- KLHK menerapkan tes elektromagnetik (EMC) untuk memastikan mobil listrik tidak mengganggu perangkat elektronik sekitar.
- Hasil: Selo menghasilkan interferensi elektromagnetik (EMI) di atas ambang batas, berpotensi mengganggu alat medis dan sistem komunikasi.
2. Keamanan Baterai
- Kemenhub menemukan risiko thermal runaway pada baterai LFP Selo saat uji suhu ekstrem (di atas 40°C).
3. Regulasi yang Belum Matang
- Indonesia belum memiliki standar khusus uji emisi untuk mobil listrik, sehingga menggunakan parameter mirip kendaraan konvensional.
Pihak Penentu Keputusan
- Komite Teknis Kendaraan Listrik (KLHK, Kemenhub, Kemenperin) yang menolak sertifikasi Selo.
Respons Pengembang dan Alasan Pindah ke Malaysia
Kritik dari PT Selo Elektrik
- Ir. Budi Santoso (CEO) menyebut tes EMC tidak relevan untuk mobil listrik kelas konsumen.
- Dr. Ani Wijaya (CTO) mengklaim baterai Selo aman dan telah luji uji di lab internasional.
Malaysia: Tuan Baru Pengembangan Selo
- Kerjasama dengan MDEC: Malaysia Digital Economy Corporation menawarkan insentif pajak dan fasilitas riset.
- Dukungan Proton Holdings: Produsen mobil nasional Malaysia membantu pengembangan baterai dan sistem EMC.
- Target Peluncuran: 2025 di pasar ASEAN, dengan pabrik di Selangor.
Sumber: The Star Malaysia.
Apa yang Dilakukan Malaysia?
- Regulasi Ramah EV:
- Standar uji EMC Malaysia lebih fleksibel untuk kendaraan listrik.
- Infrastruktur Pendukung:
- Malaysia memiliki ASEAN Electromagnetic Compatibility Center di Cyberjaya.
- Pasar Potensial:
- Target penetrasi 15% kendaraan listrik di Malaysia pada 2030.
Dampak bagi Indonesia
- Kehilangan Potensi Investasi:
- Malaysia berpeluang menarik investor global untuk proyek Selo.
- Evaluasi Regulasi:
- Kemenperin berencana merevisi standar uji mobil listrik pada 2024.
- Kritik Publik:
- Komunitas hijau menilai kegagalan Selo mencerminkan ketidaksiapan Indonesia menyambut era EV.
Masa Depan Selo
- Versi Malaysia: Akan dilengkapi baterai solid-state dan sistem EMC generasi baru.
- Target Ekspor: Thailand, Vietnam, dan Filipina.
- Rencana Kembali ke Indonesia: Jika regulasi diperbaiki.