Waktu membaca: 2 menit
Dolar AS (USD) adalah mata uang yang paling banyak digunakan dalam transaksi global, termasuk di Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar kerap menjadi indikator kesehatan ekonomi nasional. Tapi tahukah Anda, keputusan siapa yang membuat dolar AS begitu dominan? Mengapa Indonesia begitu bergantung pada mata uang ini? Mari telusuri jejaknya dari awal!
Bagian 1: Sejarah Dolar AS & Keputusan yang Mengubah Dunia
A. Asal-Usul Nama “Dolar”
- Kata “dolar” berasal dari Joachimsthaler, koin perak abad ke-16 yang dicetak di Lembah Joachim (sekarang Republik Ceko).
- AS mengadopsi nama ini pada 1792 melalui Coinage Act yang ditandatangani Presiden George Washington.
B. Sistem Bretton Woods (1944): Puncak Dominasi Dolar
- Tokoh Kunci: Harry Dexter White (AS) dan John Maynard Keynes (Inggris).
- Keputusan Penting:
- Dolar AS ditetapkan sebagai mata uang cadangan dunia.
- Nilai dolar dijamin dengan emas ($35/ounce).
- IMF dan Bank Dunia didirikan untuk mengawasi sistem moneter global.
- Sumber: Federal Reserve History.
C. Era Nixon (1971): Dolar Lepas dari Emas
- Presiden AS Richard Nixon mengakhiri konvertibilitas dolar ke emas pada 15 Agustus 1971 (Nixon Shock).
- Dampak: Nilai dolar mengambang bebas, tetapi tetap dominan karena kepercayaan global terhadap ekonomi AS.
Bagian 2: Mengapa Dolar AS Masuk ke Indonesia?
A. Masa Kolonial Belanda
- Pemerintah Hindia Belanda menggunakan gulden (mata uang berbasis emas) yang terkait dengan sistem moneter Eropa.
- Dolar AS mulai dipakai di pelabuhan internasional seperti Batavia (Jakarta) untuk perdagangan rempah.
B. Era Kemerdekaan & Krisis Ekonomi
- 1950–1965: Hiperinflasi rupiah (1.300% pada 1965) membuat masyarakat lebih percaya dolar AS.
- 1967: Kebijakan Orde Baru di bawah Soeharto membuka investasi asing (dalam USD) ke Indonesia.
C. Krisis Moneter 1998: Puncak Ketergantungan pada Dolar
- Rupiah terdepresiasi 800% (dari Rp 2.300/USD ke Rp 16.000/USD).
- Penyebab:
- Utang luar negeri Indonesia yang dominan dalam USD.
- Spekulasi dolar oleh pelaku pasar (currency attack).
- Sumber: World Bank Report 1998.
Bagian 3: Pengaruh Dolar AS di Indonesia Saat Ini
A. Cadangan Devisa Indonesia
- Bank Indonesia (BI) menyimpan 60% cadangan devisa dalam bentuk dolar AS (data BI 2023).
- Tujuan: Stabilisasi nilai tukar dan pembayaran impor.
B. Utang dalam Dolar AS
- Pemerintah Indonesia memiliki utang luar negeri sebesar $400 miliar, 80% di antaranya dalam USD (Kemenkeu 2023).
- Risiko: Jika dolar menguat, beban utang membengkak.
C. Kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate
- BI menaikkan suku bunga untuk menjaga daya tarik rupiah agar tidak terlalu melemah terhadap dolar.
Bagian 4: Tokoh & Keputusan yang Memperkuat Pengaruh Dolar di Indonesia
- Soeharto (Presiden RI 1967–1998):
- Membuka keran investasi asing berbasis dolar AS.
- Kebijakan deregulasi sektor finansial (Pakto 1988).
- Paul Volcker (Ketua The Fed 1979–1987):
- Menaikkan suku bunga AS hingga 20%, menyebabkan capital flight ke AS dan melemahkan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
- Agus Martowardojo (Gubernur BI 2013–2018):
- Mengeluarkan kebijakan DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward) untuk membatasi spekulasi dolar.
Bagian 5: Dampak Positif & Negatif Ketergantungan pada Dolar
Positif | Negatif |
---|---|
Memudahkan transaksi ekspor-impor | Rupiah rentan terhadap gejolak USD |
Menarik investor asing | Utang luar negeri berisiko tinggi |
Stabilitas harga barang impor | Ketergantungan pada kebijakan The Fed |
Bagian 6: Upaya Indonesia Mengurangi Ketergantungan pada Dolar
- Kerja Sama Bilateral: Transaksi lokal dengan Yuan (China) atau Yen (Jepang).
- Penguatan Rupiah: BI membeli surat utang negara (SUN) dalam rupiah.
- Digitalisasi Rupiah: Proyek Digital Rupiah untuk transaksi internasional.