E5 vs E10: Mana Bensin Lebih Hijau?

E5 vs E10: Mana Bensin “Lebih Hijau”? Dampak Pembakaran terhadap Alam

Waktu membaca: 4 menit

Loading

Pembukaan: Pembakaran Mesin & Janji Bioetanol

Dalam kerja mesin, ada tanggung jawab terhadap udara. Peralihan dari E5 ke E10 bukan sekadar soal campuran bahan bakar, melainkan agar setiap tetes bensin ikut merawat alam. Tapi, benarkah E10 lebih ramah lingkungan? Apa saja komprominya? Mari kita telusuri — mulai dari kandungan kimia, emisi, konsumsi energi, hingga efek jangka panjang.


Apa Itu E5 & E10?

  • E5 berarti bahan bakar mengandung 5 % etanol (bioetanol) dan 95 % bensin fosil.

  • E10 mengandung 10 % etanol dan 90 % bensin fosil.

  • Di banyak negara, kebijakan mendorong etanol untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menurunkan emisi karbon. 

  • Blends seperti ini (hingga E10) aman untuk sebagian besar kendaraan modern tanpa modifikasi besar. 

Karena etanol berasal dari biomassa (seperti jagung, tebu, dan tanaman lainnya), ia memiliki potensi lebih ramah terhadap perubahan iklim — jika produksi dan rantai pasoknya dikontrol dengan baik.


Dampak Emisi: Mana Yang Lebih Bersih?

Karbon Dioksida & Jejak Karbon

Life-Cycle

Secara ideal, penggunaan etanol membantu menetralkan sebagian CO₂ karena tanaman penghasil etanol menyerap CO₂ selama tumbuh. Sehingga, dibandingkan bensin lurus (E0), bensin campuran etanol memiliki emisi karbon yang lebih rendah dalam siklus hidupnya. 

Analisis industri Concawe menemukan bahwa menggunakan E10 dibanding E5 bisa menurunkan emisi CO₂ lebih besar: E10 menurunkan ~0,18 % dibanding E0, sedangkan E5 hanya ~0,09 %. 

Namun: karena etanol memiliki densitas energi lebih rendah, kendaraan akan butuh sedikit lebih banyak bahan bakar untuk menghasilkan tenaga yang sama — ini bisa meningkatkan total CO₂ yang dilepas jika efisiensi mesin dan kalibrasi tidak optimal. 

Ringkasnya: E10 memiliki potensi lebih baik dari E5 untuk pengurangan karbon, tapi selisihnya tipis dan tergantung banyak variabel.

Emisi CO & Hidrokarbon (HC)

Etanol mengandung oksigen dalam molekulnya, yang membantu pembakaran lebih sempurna. Oleh karena itu, penggunaan E10 cenderung menghasilkan CO dan HC yang lebih rendah dibanding E5. 

Emisi NOₓ (Nitrogen Oksida)

Inilah bagian yang kompleks: peningkatan oksigen dan suhu pembakaran bisa mendorong formasi NOₓ lebih tinggi. Namun pada kondisi mesin dengan pengaturan udara-bahan (λ) yang optimal, beberapa studi malah melihat sedikit penurunan NOₓ dibanding E5. 

BACA JUGA:  Rahasia Tiket Pesawat Murah: Terbang Hemat Keliling Indonesia!

Jadi, hasil bagiannya bergantung pada bagaimana mesin dikendalikan dan jenis kendaraan.

Aldehida & Polutan Lain

Salah satu kompromi E10: emisi aldehida (terutama asetaldehida) bisa meningkat sedikit dibanding E5. Polutan ini bersifat toksik dan relevan dalam konteks kesehatan udara. 

Di sisi lain, senyawa aromatik berbahaya (seperti benzena, 1,3-butadiena) cenderung lebih tereduksi atau terencerkan bila etanol naik karena proporsi bensin fosil lebih kecil. 

Emisi Uap & Volatilitas (VOC)

Penambahan etanol dapat menaikkan tekanan uap bahan bakar (RVP), yang artinya bahan bakar lebih mudah menguap dan melepaskan emisi uap (VOC) — prekursor ozon permukaan (smog). Namun, di banyak pasar, regulasi volatilitas bahan bakar akan disesuaikan sehingga efek ini diminimalisir. 


Efisiensi & Konsumsi Bahan Bakar

Etanol punya energi per liter lebih rendah dibanding bensin fosil. Jadi:

  • Kendaraan yang menggunakan E10 biasanya mengalami penurunan efisiensi (lebih boros) sekitar 1–2 % dibanding E5. 

  • Studi Concawe melaporkan bahwa dalam berbagai kendaraan pengujian, kenaikan konsumsi rata-rata ~3,97 % terjadi ketika kandungan etanol naik, meski sebagian besar pengujian menunjukkan <2 % perbedaan. 

  • Dalam praktik di lapangan, banyak pengguna melaporkan bahwa mereka tidak merasakan perbedaan besar dalam konsumsi harian—namun dalam jarak jauh atau penggunaan intensif, selisih itu bisa terasa.

Jadi, meski E10 punya potensi lingkungan, konsumen bisa “membayar” lewat sedikit peningkatan konsumsi.


Dampak Material & Umur Mesin

Etanol bersifat lebih korosif dan mudah menyerap air. Untuk mesin atau sistem bahan bakar yang tidak dirancang, ini bisa mengikis seal, selang, komponen plastik atau karet, terutama pada kendaraan tua. 

Sebuah eksperimen menunjukkan bahwa setelah 60 hari kontak, komponen seperti selang karet dalam sampel E10 lebih banyak menyusut dibanding E5. 

Oleh karena itu, kompatibilitas kendaraan penting — banyak produsen mesin menyebutkan batas etanol aman untuk mobil mereka.


Pro & Kontra: E10 vs E5

Aspek

Keunggulan E10

Kerugian / Tantangan

Emisi CO & HC

Turun dibanding E5

Emisi CO₂ life-cycle

Dapat lebih rendah (jika rantai pasok etanol baik)

Efisiensi rendah bisa menaikkan CO₂ total

Emisi NOₓ

Bisa lebih rendah pada pengaturan optimal

Bisa meningkat jika suhu pembakaran terlalu tinggi

Aldehida

Peningkatan ringan dibanding E5

VOC / Uap

Potensi kenaikan tanpa regulasi volatilitas

Efisiensi / Konsumsi

~1–2 % konsumsi lebih tinggi

Kompatibilitas mesin & material

Aman untuk kendaraan modern

Risiko korosi/kerusakan untuk kendaraan tua atau sistem lama

BACA JUGA:  iOS 12 Public Beta Release Hari Ini

Tips Penyesuaian & Implikasi Kebijakan

  1. Cek Kompatibilitas Mobilmu

    Pastikan kendaraanmu dirancang untuk etanol campuran. Jika tidak yakin, tetap gunakan E5 atau jenis bahan bakar yang disarankan pabrikan.

  2. Kalibrasi Mesin & Kontrol Mesin Modern

    Banyak mobil modern sudah dilengkapi sistem pengaturan udara-bahan (ECU) dan sensor oksigen untuk menyesuaikan pembakaran saat memakai E10.

  3. Pastikan Bahan Bakar Berkualitas & Regulasi Volatilitas

    Di negara dengan regulasi volatilitas bahan bakar (RVP), efek uap dan VOC bisa dikontrol. Pastikan pasar bahan bakar di negaramu mematuhi standar.

  4. Optimalkan Rantai Pasok Etanol

    Untuk benar-benar menuai manfaat emisi rendah, produksi etanol harus ramah lingkungan: penggunaan lahan berkelanjutan, efisiensi energi pabrik, dan mitigasi deforestasi.

  5. Keterlibatan Kebijakan & Insentif

    Regulasi adopsi E10 dan blended fuel bisa didorong lewat insentif pajak, mandatori blending, dan dukungan teknologi etanol canggih. (Misalnya studi strategis terbaru untuk transisi transportasi hijau) 


Penutup: Pilihan Dalam Setiap Tetes

E10 bukanlah bahan bakar ajaib tanpa kekurangan — tetapi dalam banyak kondisi dan wilayah, ia membawa sedikit keunggulan lingkungan dibanding E5. Jika etanol diproduksi secara berkelanjutan, kendaraanmu modern dan sistem distribusinya baik, maka E10 bisa menjadi langkah transisi yang indah antara kenyamanan modern dan tanggung jawab terhadap alam.


Daftar Referensi Terpercaya

  1. Concawe (2020). Evaluation of the impact of E5 and E10 gasoline on vehicle emissions. https://www.concawe.eu

  2. Webfleet (2024). E5 and E10 fuel labels explained. https://www.webfleet.com

  3. MDPI Energies (2025). Comparative Analysis of CO₂ and NOx Emissions from E0–E10 Blends. https://www.mdpi.com

  4. Wikipedia. Common ethanol fuel mixtures. https://en.wikipedia.org/wiki/Common_ethanol_fuel_mixtures

  5. Redex Additives (2023). E5 versus E10 Petrol: What’s Changing and How Will It Affect My Car? https://www.redexadditives.com

  6. Fuel Card Services UK (2024). Petrol changing to E10 fuel: What does this mean for you? https://www.fuelcardservices.com

  7. 44Teeth (2023). E10 Fuel vs E5 Fuel – A Science Experiment. https://www.44teeth.com

  8. Arxiv (2025). Biofuel Transition and Decarbonization Pathways. https://arxiv.org/abs/2504.06278

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.