Waktu membaca: 2 menit
Kebijakan tarif impor Donald Trump (2018–2020) memicu perang dagang AS-China dan mengguncang ekonomi global. Sebagai negara dengan ketergantungan ekspor ke AS, Indonesia terkena imbasnya. Namun, di balik tantangan, ada peluang yang bisa dimanfaatkan. Bagaimana detailnya? Simak analisis berikut!
Apa Itu Kebijakan Tarif Trump?
Pada Maret 2018, Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor tambahan hingga 25% untuk:
- Baja dan Aluminium: Atas alasan national security (Section 232 U.S. Trade Act).
- Produk China Senilai $250 Miliar: Termasuk elektronik, mesin, dan suku cadang (Section 301).
Tujuan Trump:
- Mengurangi defisit perdagangan AS dengan China (yang mencapai $375 miliar pada 2017).
- Melindungi industri manufaktur AS dari “praktik dagang tidak adil” China.
- Menarik kembali investasi (reshoring) ke AS.
Sumber: U.S. Trade Representative (USTR).
Dampak Negatif pada Ekonomi Indonesia
1. Penurunan Ekspor ke AS
- Komoditas Terdampak:
- Baja: Ekspor turun 42% (dari 287jutapada2017ke167 juta pada 2019).
- Karet: Turun 18% karena AS mengalihkan impor ke Vietnam.
- Tekstil: Ekspor garmen Indonesia ke AS terkoreksi 7% (data Kemendag 2020).
- Penyebab:
- Trump mencurigai praktik transshipment (pengalihan barang China via negara ketiga seperti Indonesia).
- Produsen AS beralih ke pemasok di Meksiko untuk hindari tarif.
2. Melemahnya Nilai Tukar Rupiah
- Perang dagang AS-China picu arus modal keluar (capital outflow) dari pasar emerging, termasuk Indonesia.
- Rupiah pernah sentuh level Rp15.000/USD pada Oktober 2018 (sumber Bank Indonesia).
3. Penurunan Investasi Asing
- Investor asing menunda ekspansi karena ketidakpastian pasar global.
- Realisasi PMA Indonesia turun 9% pada 2019 (BKPM).
Dampak Positif yang Tersembunyi
1. Peluang Trade Diversion
- AS mengurangi impor dari China, membuka peluang ekspor Indonesia:
- Elektronik: Ekspor komponen elektronik Indonesia ke AS naik 23% (2018–2020).
- Furnitur: Ekspor mebel Indonesia ke AS tumbuh 12% (data ITC Trade Map).
2. Relokasi Pabrik ke Indonesia
- Perusahaan AS/Eropa pindahkan basis produksi dari China ke Asia Tenggara untuk hindari tarif.
- Contoh: Panasonic pindah pabrik elektronik dari China ke Jawa Barat (2019).
3. Kenaikan Harga Komoditas
- Tarif AS pada baja China meningkatkan permintaan baja Indonesia di pasar non-AS.
- Harga baja lokal naik 15%, menguntungkan produsen seperti Krakatau Steel (Kontan).
Strategi Indonesia Menghadapi Tarif Trump
- Diversifikasi Pasar Ekspor:
- Genjot ekspor ke Uni Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.
- Contoh: Ekspor kopi Indonesia ke Uni Eropa naik 34% (2018–2020).
- Perbaikan Mutu Produk:
- Produsen tekstil dapat sertifikasi Global Organic Textile Standard (GOTS) untuk masuk pasar premium AS.
- Perjanjian Dagang:
- Percepat ratifikasi Indonesia-EFTA CEPA (2021) dan RCEP (2023) untuk akses pasar lebih luas.
Studi Kasus: Kelapa Sawit vs. Tarif Trump
- Masalah: Trump ancam tarif sawit Indonesia dengan tuduhan dumping dan kerusakan lingkungan.
- Solusi Indonesia:
- Gugat AS ke WTO (2019).
- Genjot biodiesel B30 untuk serap kelebihan produksi.
- Hasil: AS urungkan tarif setelah tekanan diplomasi (Kompas).
Proyeksi ke Depan
- Tarif Trump telah dipertahankan sebagian oleh pemerintahan Biden.
- Indonesia perlu waspadai kebijakan proteksionis AS seperti Inflation Reduction Act (IRA) 2022 yang diskriminatif terhadap produk non-AS.